Hubungan antara kemampuan mengunyah dengan fungsi kognitif otak terungkap dalam sebuah penelitian di Journal of The American Geriatric Society.
Makin jago mengunyah, seseorang cenderung lebih terlindungi dari risiko pikun di hari tuanya kelak.
Ada 2 teori yang menjelaskan hubungan ini, yang pertama berhubungan dengan riwayat gigi tanggal. Makin banyak gigi yang tanggal, seseorang akan makin kesulitan mengunyah dan secara kebetulan hal itu berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang lebih cepat.
Para peneliti di Swedia telah membuktikan hubungan ini melalui pengamatan terhadap 557 orang lanjut usia atau lansia. Makin banyak gigi yang tanggal, makin besar risiko penurunan fungsi kognitif yang merupakan penyebab utama pikun atau demensia.
Sementara teori yang kedua berhubungan dengan aktivitas mengunyah itu sendiri. Makin aktif mengunyah, seseorang cenderung memiliki fungsi kognitif yang lebih bagus sehingga lebih aman dari risiko pikun, terlepas dari jumlah gigi yang dimilikinya saat itu.
Kali ini, para peneliti dari Bayor College of Medicine membuktikannya pada para penggemar permen karet dari berbagai usia. Partisipan yang hobi mengunyah permen karet dikatakan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik alias lebih cerdas dibanding yang tidak suka mengunyah permen karet.
"Apakah para lansia mengunyah dengan gigi asli atau palsu, itu tidak ada hubungannya dengan penurunan fungsi kognitif selama orang-orang itu tidak punya kesulitan dalam mengunyah," kata para peneliti dalam kesimpulannya, seperti dikutip dari Medicalnewstoday.
Jadi sambil mengunyah menu sarapan, silakan saling mengamati siapa yang paling jago mengunyah. Kalau ada yang paling banyak mengeluh karena susah mengunyah, siap-siap saja jadi orang pertama yang akan sering lupa di mana meletakkan kunci mobil atau kacamata.
Sumber : detik.com